Minggu, 15 Desember 2013

Dari Professor ke Supir Taksi: Taxi! Taxi! The Movie


Setelah saya merasa puas dengan aksi Gurmit Singh dalam film Just Follow Law besutan Jack Neo, kali ini saya dibawa tertawa sampai menangis hingga tertawa dalam tangis lewat kepiawaian akting duo komedian Singapur, Mark Lee dan Gurmit Singh, dalam film Taxi! Taxi! (2013). 

Terinspirasi dari kisah nyata Dr. Cai Mingjie yang terekam dalam buku bestseller-nya : “Diary of a Taxi Driver: True Stories From Singapore's Most Educated Cabdriver" , Taxi! Taxi! juga menyajikan pengalaman hidup A Chua (Gurmit Singh), sang professor mikrobiologi bergelar Phd yang terpaksa menjadi supir taksi. Berikut RINGKASANNYA (bukan sinopsis loh ya, jadi jangan tuduh spolier hihi)


Lantaran diberhentikan dari pekerjaannya selama 20 tahun terakhir sebagai peneliti di sebuah laboratorium, A Chua kini harus segera mencari pekerjaan agar tetap dapat membiayai anak-istrinya yang tidak tahu menahu soal pemberhentian tersebut. Beragam pekerjaan telah ia coba, mulai dari manajer di sebuah kantor (yang berakhir tragis, justru karena ketelitian dan ingatannya yang kuat sehingga seringkali mengoreksi atasannya ketika salah menyebutkan data keuntungan perusahaan, membuat atasannya tampil buruk), pegawai di sebuah kantor (namun sebagai anak baru, ia disuruh-suruh membelikan aneka makanan dan minuman bagi senior-seniornya), hingga guru les privat (berakhir tragis juga. Ia diberhentikan karena membuat anak didiknya menangis. Penyebabnya, ketika anak didiknya dengan bangga menunjukan peningkatan besar di ulangan IPA nya yang mendapat nilai 62, A Chua justru menghukumnya karena baginya nilai itu sangat memalukan dan tidak bisa dibanggakan, mengingat semasa sekolah nilai-nilainya tidak pernah di bawah 92!).

Setelah bertemu Ah Tau (Mark Lee), si supir taksi tersantai yang berhasil 'mencegahnya bunuh diri' (padahal ia hanya sedang merenung.... di atap gedung dengan lima puluh lantai), A Chua akhirnya mencoba melamar menjadi supir taksi dan diterima 15 menit setelahnya. 

Tak diduga, tepat hari ketika ia pertama kali resmi menjadi supir taksi, mertuanya datang dan akan tinggal selama tiga bulan kedepan! Mertua yang selama ini selalu membanggakannya. Sialnya, sepanjang perjalanan pulang dari bandara, A Chua terjebak dalam taksi Ah Tau yang terus-terusan menyebut dirinya sebagai supir taksi baru di hadapan istri dan mertua A Chua. Jelas mertuanya geram, istrinya pun kebingungan. A Chua menutupinya dengan beragam kebohongan dan membentak Ah Tau yang tidak tahu menahu.


Ah Tau menjadi kesal, bahkan memprovokasi teman-temannya untuk menjauhi A Chua yang dianggapnya sombong. Walau demikian, ketika A Chua diperas oleh penumpang taksinya, Ah Tau yang kebetulan melihat tetap mau membantunya. Malangnya, istri A Chua sedang berada di dekat lokasi pemerasan hingga akhirnya terbongkarlah pekerjaan baru A Chua ini. Istrinya masih mencoba mengerti, namun Jason (anak A Chua) dan mertuanya shock ketika mengetahuinya, bahkan A Chua kehilangan rasa hormat dan kepercayaan Jason.

Hidup Ah Tau juga bukan tanpa masalah. Hidup berdua dengan anaknya, Jia Jia, Ah Tau yang kelewat santai sama sekali belum merencanakan pendidikan anaknya yang tahun depan akan mulai masuk sekolah dasar. Belum lagi kemampuan Bahasa Inggris Jia Jia yang kacau balau ditegur oleh guru TK nya, maklum saja, Jia Jia mempelajari Bahasa Inggris jalanan yang digunakan Ah Tau sehari-hari. Kerinduan Jia Jia akan ibunya yang sudah meninggalkan Ah Tau juga membuat Ah Tau terpaksa berbohong, mengatakan ibunya sedang ke luar negeri. Foto-foto manipulasi pun dibuat untuk meyakinkan Jia Jia. Jia Jia yang akhirnya mengetahui foto-foto itu hanya rekayasa marah dan tidak percaya lagi pada Ah Tau.

Ketika A Chua menumpang mandi di rumah Ah Tau dan menimbulkan salah paham!

Untuk memenuhi kebutuhan Jia Jia akan kasih sayang ibu, Ah Tau berusaha mengajak kencan Regina, mahasiswi Fashion Design asal Malaysia yang homestaying di rumahnya. Sayangnya ketika hendak menjemput Regina, Ah Tau dihadang berbagai aral. Mulai dari penumpang yang membayar dengan uang besar sehingga ia harus menukarkan kembalian, di tilang polisi karena putar balik tidak pada tempatnya, kehabisan bensin sehingga ia harus naik taksi (menjadi penumpangnya loh), taksi yang ditumpanginya pun harus ditilang polisi lagi lantaran putar balik sembarangan. Yang mengesalkan, polisi profesional ini benar-benar jelas dalam menyampaikan bukti pelanggarannya!

"Selamat siang! Tolong matikan mesin Anda. Boleh perlihatkan SIM dan STNK-nya? Apa Anda tahu kesalahan Anda? Ya, putar balik sembarangan. Apa Anda tahu betapa bahayanya putar balik sembarangan? Bagaimana perasaan keluarga Anda di rumah jika mengetahui Anda terluka akibat putar balik sembarangan? Apa lagi Anda adalah supir taksi, seharusnya Anda lebih profesional dan bertanggung jawab. Bayangkan saja jika yang terluka bukan hanya Anda, tapi juga mobil lain. Bagaimana perasaan keluarga korban tersebut mengetahui saudaranya kecelakaan? Belum lagi teman-teman dari keluarga korban tersebut, bagaimana jika mereka tahu temannya mengalami kecelakaan? Dengan demikian, terpaksa Anda saya tilang. Karena, jika saya tidak menilang Anda maka saya akan melanggar peraturan dan tidak menjadi polisi yang profesional. *nulis surat tilang dengan lambat* Ini surat tilang Anda, ingat jangan putar balik sembarangan lagi. Selamat siang!" (capek juga ya ngetiknya)

Bisa ditebak, Ah Tau terlambat menjemput Regina untuk kesekian kalinya. Regina yang kesal menyebrang jalan tanpa melihat-lihat dan... KABOOM!! sebuah mobil berkecepatan tinggi menabraknya, membuat penglihatannya hilang dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Merasa depresi, Regina memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. A Chua berusaha mencegahnya dengan menceritakannya pengalaman hidupnya sendiri. Tentang bagaimana ia selalu menjadi yang terbaik selama sekolah dan bekerja, namun tiba-tiba semua itu raib setelah pergantian kepemimpinan laboratoriumnya. Bagaimana ia melihat teman-temannya yang masih bekerja berpergian meneliti ke luar negeri dan merendahkannya, juga ternyata laboratorium tempatnya bekerja justru merekrut anggota baru dari luar negeri yang diperlakukan dengan sangat baik. A Chua menceritakan pengalamannya kehilangan harga diri, kepercayaan diri, bahkan rasa hormat dari anaknya sendiri. Tanpa ia sadari, semua aksinya direkam dalam video dan disiarkan di internet secara langsung sehingga Jason, anaknya, dapat mendengar semua kata-katanya dan terharu. 


Aksi bunuh diri Regina akhirnya berhasil dicegah. Jason yang kini lebih mengerti perjuangan ayahnya tidak merasa malu lagi dan tawaran pekerjaan bagi A Chua terus mengalir berkat videonya yang tersebar di internet. Walau demikian, A Chua tetap menjadi supir taksi part time untuk bersosialisasi. Bagaimana bisa bersosialisasi dengan dunia luar jika hanya terkurung dalam laboratorium? Lagipula ternyata, pengalamannya sebagai supir taksi selama enam bulan lebih bermakna dan berharga dibandingkan dua puluh tahun di dalam laboratorium. Regina pun menemukan bakat terpendam dalam dirinya dan menjadi penyiar radio.


Secara keseluruhan, film ini dapat dibilang menginspirasi dan menghibur dengan seimbang. Lelucon disampaikan pada saat yang tepat pada adegan yang pas untuk mencairkan suasana, terutama adegan ketika Ah Tau 'meper ingusnya' ke baju A Chua (padahal saat itu saya sedang nangis dengan hebohnya. A Chua sama Ah Tau kayak lagi curhat gitu sehabis kehilangan kepercayaan anak-anaknya), saat A Chua dan Ah Tau dikira homo sama Regina (A Chua numpang mandi, dia lagi mau wawancara kerja gitu tapi badannya penuh oli karena coba benerin taksinya. Pas udah mandi, Ah Tau yang liat masih ada oli yang menempel berinisiatif ngelapin A Chua yang setengah telanjang, tepat ketika Regina pulang), dan pas Ah Tau ditilang polisi profesional itu (apalagi pas Ah Tau motong kalimat si polisi hingga ia terpaksa ngulang dari awal!). Yang bikin bingung sih, kayaknhya cuma Gurmit yang bahasa utama percakapannya itu English (maklum, dia ga gitu bisa mandarin) sedangkan tokoh-tokoh lain bahasa utamanya mandarin. Tapi kok mereka tetep saling ngerti gitu dan bisa ngomong dengan lancar? Bukannya kalo si Gurmit ngerti, harusnya bisa ngomong mandarin juga dong, IMO. Tapi sisanya TOP deh! Recomended!

0 komentar:

Posting Komentar

Feel free to drop your comment.. Thanks! :D

 

Celoteh si Devi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates