Jumat, 09 Desember 2011

Ketika Rakyat Marah (Puisi)

Sekilas Tentang Asal-Usul Puisi 'Ketika Rakyat Marah'

Puisi saya dapatkan dari sebuah koran yang mama saya dapatkan di dalam kereta api saat dalam perjalanan menuju rumahku. Dua lembar kertas a3 full color yang berisi pemberontakan terhadap pimpinan saat ini. Saya sedikit curiga bahwa ini ulah partai-partai politik yang ingin menjatuhkan pemerintahan saat ini, terlebih lagi sebentar lagi akan dilaksanakan pemilu 2014. Selain itu, jika dipikir secara logis, apakah mungkin rakyat kecil mencetak ratusan (atau mungkin ribuan?) koran full color dan membagikannya secara gratis (apalagi kertas yang digunakan bermutu tinggi). Well, itulah sekilas asal-usul puisi ini. Saya menulisnya karena isinya yang menarik. Enjoy.. Maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan, tak perlu diambil hati.

Ketika Rakyat Marah

(dengan pengubahan seperlunya)
Tuan,
Genderang kemarahan rakyat terdengar bersahutan
Dari kota ke kota
Bergema di tiang-tiang kampus
Yang mulai membakar dada setiap kaum muda
Dan mengobarkan semangat petani
Menghentak jiwa nelayan sederhana
Bergaung diantara buruh-buruh pabrik yang terus mengayuh
Roda yang tak pernah berputar

Meraka mulai keluar
Dari lorong-lorong dan gang-gang kumuh
Berkumpul diatas hamparan rumput kering
Menyemut di jalan-jalan berlubang
Di depan istana Tuan Yang Maha Agung
Untuk menyerukan isi hati dari perut tak berisi
Dan suara merekapun berontak keluar
Dari lidah-lidah kelu dan bibir kering itu
Mengalir meluapi kerongkongan yang kerontang
"ENGKAU HARUS TURUN!"

Tuan,
Kaliber pelurumu tak mampu lagi menahan amarah ini
Pidato curhatmu itu takkan membuat rakyat luluh
Karena tak ada ruang lagi untuk itu
Bahkan untuk rasa takut mereka

Tuan,
Rakyatmu belum tuli ataupun buta
Dalam pakaian kumalnya mereka memiliki kejernihan jiwa
Disaat janda-janda kau gusur
Nenek yang mencuri buah pala kau siksa
Kau menyiapkan jet seharga empat miliar
Untuk menjemput tikus pengerat uang negara

Senjata yang kau beli dari pajak rakyat
Jangan lagi kau todongkan ke kepala kami
Pakailah untuk melindungi pulau-pulau yang sebentar lagi kan direbut
Menyusul Sipadan dan Ligitan
Menyusul tari pendet dan batik
Bahkan menyusul moral bangsa yang sudah runtuh

Tuan,
Tentu kau sedang tertawa terbahak-bahak
Hingga perut buncitmu terguncang
Kau yakin rakyat bersandal jepit itu tak mampu berbuat apa-apa
Namun sebentar lagi borokmu akan tercecer
Dan nanah itu akan mengucur
Keadilan akan mencari jalannya sendiri.


Berikut foto-foto koran yang dimaksud:











0 komentar:

Posting Komentar

Feel free to drop your comment.. Thanks! :D

 

Celoteh si Devi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates