1. Judul : Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa
2. Penulis : Maggie Tiojakin
3. Editor : Mirna Yulistiani
4. Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
5. Th. Terbit: Juli 2013
6. Cetakan : I
7. Tebal : xi + 241 halaman
8. ISBN : 978-979-22-9616-7
9. Harga : Rp 55.000,00
Terkadang memang tidak penting dari mana atau ke mana kita melangkah dalam sebuah cerita, pertanyaannya adalah: apa yang kita alami saat membaca? (hal 236)
Jemu dengan kumpulan cerpen yang melulu soal cinta? Merasa kisah heroik 'si baik' dan 'si jahat' penuh pesan moral ala abad ke-18 tidak lagi menarik? Jika ya, jangan ragu untuk membaca kumpulan cerpen ketiga Maggie Tiojakin yang berjudul Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa ini.
Setelah melemaskan jari dengan menerbitkan dua kumpulan cerpen berjudul Homecoming (2006) dan Balada Ching-Ching (GPU,2010), serta sebuah novel berjudul Winter Dreams (GPU,2011), Maggie kembali menghadirkan kumpulan cerpen terbaru dengan mengusung absurd sebagai tema besarnya. Lebih rincinya, semua karakter utama dalam setiap cerita pendek yang disuguhkan selalu terjerat dalam ketersesatan pikiran. Ketersesatan inilah yang disorot; ketika akhirnya berujung pada tindakan absurd yang mungkin akan membuat dahi Anda berkerut. Itulah keunikan dari kumpulan cerpen yang dihadirkan kali ini: bukan untuk menginspirasi melainkan untuk bertanya (hal 236).
Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa terdiri dari 14 cerpen utama yang siap menghujani Anda dengan beragam pertanyaan absurd di sekitar kita.
Buku ini dibuka dengan kisah Anouk dan Barney (Tak Ada Badai di Taman Eden), pasangan muda yang sibuk mencari mimpi dengan caranya sendiri-sendiri.
Sejak saat itu, hidup mereka tak sama lagi. Di tengah ratusan, ribuan jejak memori—kejadian tersebut tersemat bagai duri. Kini mereka sibuk mencari mimpi dengan cara sendiri-sendiri: Anouk meyakini bahwa setahun sekali langit pecah berkeping-keping dan meninggalkan alam yang tak pasti, sementara Barney menghabiskan tiga ratus enam puluh empat hari dalam setahun memungut kepingan tersebut dan menyusunnya kembali, menciptakan sebuah ilusi. (hal 4)
Setelah itu, pembaca akan diajak mengikuti proses wawancara korban kekejaman pemerintahan Leiter yang dirangkum dalam Kristalnacht. Kisah ini diadaptasi dari kejamnya pemerintahan Nazi terhadap kaum Yunani yang dihadirkan melalui observasi mendalam sehingga menjadikan kisah ini lebih 'hidup'.
Kisah ketiga, Lompat Indah, terasa begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari karena mengambil setting sebuah kampung yang sedang kebanjiran. Dari sanalah cerita berkembang: bagaimana ragam reaksi warga ketika menghadapi banjir? Langkah yang paling logis memang mengungsi. Namun, pernahkah terpikir tindakan paling absurd apa yang mungkin terjadi?
Sejauh mata memandang, yang dilihatnya hanya susunan lempeng asbestos genteng-genteng tetangga yang terabaikan. Ditinggalkan. Kucing belang di atap seberang rumah juga bertengger tanpa harapan. Wajahnya sumringah. Maka Ahi memutuskan untuk pasrah. (hal 38)
Berikutnya ada Fatima dan Panduan Umum Bagi Pendaki Hutan Liar dengan twist ending yang segar dan tak terduga. Keduanya pantas mendapat satu gelar istimewa: absurd! Ada pula Kota Abu-Abu yang meluapkan sekelumit tanya; apa yang salah dengan comfort zone?
Selanjutnya, pembaca terseret ke dalam medan perang bersama Azmov dan kawan-kawan lewat kisah dies irae, dies illa. Masih ada cerpen Saksi Mata yang mampu membuat pembacanya merenungkan kembali dampak fatal dari sikap tak acuh yang kini terasa begitu normal.
Kisah kesembilan, Labirin yang melingkar-lingkar dalam Sangkar akan menyorot lebih jauh tentang eksplorasi urban yang dihadirkan lewat perjalanan Danno, Riye, dan Hattashi. Tak ketinggalan cerita Ro-Kok yang mengetengahkan topik candu, pecandu, dan kecanduan; seberapa efektif ancaman mampu melawan candu?
Kemudian, rangkaian cerpen akan dilanjutkan oleh Zaleb dan Masaai dalam Dia, Pemberani yang cukup menarik. Pada kisah ini, segala kegilaan para penantang maut akan dilogiskan. Ternyata, mereka melakukannya bukan demi popularitas, materi, atau tahta melainkan untuk menghargai hidup itu sendiri. Bagaimana maksudnya? Cerita ini akan menjawabnya untuk Anda.
Bagi Anda para gamer, terutama First Person Shooter, cerita Suatu Saat Kita Ingat Hari Ini pasti akan terasa sangat familiar karena mengambil game tersebut sebagai elemen utamanya. Ada juga fakta menarik tentang Tetris yang ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan.
Lain halnya dengan Anda yang merupakan pekerja kantoran, kisah Jam Kerja mungkin dapat 'menyentil' dan memberi paradigma baru di balik rutinitas jam kerja. Akhirnya, kisah Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa menutup rangkaian cerpen dalam buku ini. Tie in dari The Long Rain karya Ray Bradbury ini akan mengisahkan Kapten dan awak-awaknya dalam misi mustahil di Merkurius.
Ada pribahasa yang mengatakan, 'Tak ada gading yang tak retak'. Buku SKTLA ini pun memiliki beberapa typo seperti yang terdapat pada halaman 134: "…diikuti oleh tiupan melodi dari sang saksofonis dan gesekan senar sangpianis gitaris…" serta pada halaman 178: "Vora menatap ke dengan dalam ruangan." Namun, kesalahan-kesalahan tersebut telah dikoreksi langsung oleh sang penulis lewat tumblr SKTLA (sktla.tumblr.com). Maggie mengklarifikasi kesalahan ketik tersebut sebagai kelalaiannya, bahkan dengan tangan terbuka mempersilakan pembacanya untuk mengabarkan jika ditemukan typo lain.
Secara keseluruhan, kumpulan cerpen ini merupakan sebuah karya sastra yang tidak mudah untuk dilupakan begitu saja. Setiap pengalaman (cerpen) yang disajikan dengan kritis mengundang pertanyaan tersendiri; sesuai dengan tujuannya yaitu untuk bertanya.
"Siapa?"
"Kau tidak kenal."
"Tapi kau kenal?"
"Kami sering—"
"Apa, merokok bareng?"
Paprius menghela napas. Waktunya sudah habis terbuang. Tak ada gunanya ia turun sekarang.
"Aku tak jadi keluar," katanya dengan suara parau. (hal 97)
Kisah kesembilan, Labirin yang melingkar-lingkar dalam Sangkar akan menyorot lebih jauh tentang eksplorasi urban yang dihadirkan lewat perjalanan Danno, Riye, dan Hattashi. Tak ketinggalan cerita Ro-Kok yang mengetengahkan topik candu, pecandu, dan kecanduan; seberapa efektif ancaman mampu melawan candu?
"Kamu hisap rokok itu," ancam Kirai seraya menyunggingkan senyum sinis. "Kita selesai." (hal 136)
Kemudian, rangkaian cerpen akan dilanjutkan oleh Zaleb dan Masaai dalam Dia, Pemberani yang cukup menarik. Pada kisah ini, segala kegilaan para penantang maut akan dilogiskan. Ternyata, mereka melakukannya bukan demi popularitas, materi, atau tahta melainkan untuk menghargai hidup itu sendiri. Bagaimana maksudnya? Cerita ini akan menjawabnya untuk Anda.
Bagi Anda para gamer, terutama First Person Shooter, cerita Suatu Saat Kita Ingat Hari Ini pasti akan terasa sangat familiar karena mengambil game tersebut sebagai elemen utamanya. Ada juga fakta menarik tentang Tetris yang ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan.
Lain halnya dengan Anda yang merupakan pekerja kantoran, kisah Jam Kerja mungkin dapat 'menyentil' dan memberi paradigma baru di balik rutinitas jam kerja. Akhirnya, kisah Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa menutup rangkaian cerpen dalam buku ini. Tie in dari The Long Rain karya Ray Bradbury ini akan mengisahkan Kapten dan awak-awaknya dalam misi mustahil di Merkurius.
***
Ada pribahasa yang mengatakan, 'Tak ada gading yang tak retak'. Buku SKTLA ini pun memiliki beberapa typo seperti yang terdapat pada halaman 134: "…diikuti oleh tiupan melodi dari sang saksofonis dan gesekan senar sang
Secara keseluruhan, kumpulan cerpen ini merupakan sebuah karya sastra yang tidak mudah untuk dilupakan begitu saja. Setiap pengalaman (cerpen) yang disajikan dengan kritis mengundang pertanyaan tersendiri; sesuai dengan tujuannya yaitu untuk bertanya.
Semua orang tersesat.
Ambilah langkah pertama Anda menuju petualangan baru.
Semoga suatu hari Anda bisa menemukan jalan pulang, atau kalau tidak—
Teruslah melangkah
0 komentar:
Posting Komentar
Feel free to drop your comment.. Thanks! :D