Jumat, 27 April 2012

Contoh Narasi Wawancara Satpam


Yang Penting Happy!



Merasakan keamanan dan kenyamanan adalah dambaan setiap orang. Peran satpam merupakan salah satu kunci dalam menyelenggarakan keamanan, kenyamanan, keselamatan dan ketertiban di lingkungan tersebut. Satuan pengamanan, atau sering juga disingkat satpam, adalah satuan kelompok petugas yang dibentuk dalam rangka penyelenggaraan keamanan. Sayangnya, peranan mereka sering diremehkan oleh mereka yang merasa kedudukannya lebih tinggi. Padahal, mereka adalah ujung tombak bagi terciptanya sebuah lingkungan yang aman dan nyaman.

Siang itu, Rabu (11/4) kami telah merencanakan untuk mewawancarai seorang satpam yang bekerja di Apartemen Mediterania Garden Residences 2 yang terletak di bilangan Tanjung Duren, Jakarta Barat. Sekitar pukul 12 siang, kami sudah berkumpul di lobi utama apartemen tersebut. Kala itu, kami menghampiri sekelompok satpam yang tengah menyantap makan siang di sebuah pos jaga. Kami pun meminta kesediaan salah seorang satpam di kelompok tersebut untuk kami wawancarai. Untungnya, ada seorang satpam berperawakan tinggi yang bersedia untuk kami wawancarai. Awalnya, muncul kekakuan antara kami dengan lelaki berkulit sawo matang ini. Akan tetapi, dengan pembawaannya yang santai, ia mampu mencairkan suasana yang sempat tegang.

Pria yang acapkali dipanggil Firman ini bernama lengkap Firman Yudiana. Pemuda Cirebon kelahiran 23 April 1989 ini masih berstatus lajang. Walaupun usianya kini sudah memasuki kepala dua, ia masih belum merencanakan untuk menikah. ”Kawin soal nanti, yang penting sekarang nyari uang dulu buat ditabung,” ujarnya disusul gelak tawa teman-temannya. Ia dikenal sebagai pribadi yang ramah dan ceria oleh teman-temannya. Tak mengherankan jika ia memiliki banyak kawan di tempatnya bekerja kini. Kediamannya terletak tak jauh dari tempat kerjanya, masih di daerah Tanjung Duren. Sayangnya, ia enggan untuk menyebutkan alamat lengkapnya. Ia merantau sendiri di Jakarta, semua sanak saudaranya menetap di Cirebon. Oleh sebab itu, tanggungan hidupnya lebih ringan karena seluruh gajinya hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Firman sudah menjalani profesinya sebagai satpam selama dua tahun terakhir. Banyak pengalaman yang telah ia peroleh, baik suka maupun duka. Salah satu pengalamannya yang paling berkesan yaitu saat berkumpul bersama teman-temannya dimalam tahun baru. Saat itu, ia merasa sangat senang walaupun acara yang dilangsungkan sangat sederhana karena hanya diselenggarakan di rumah salah seorang temannya, tak jauh dari tempat kerjanya. ”Pokoknya waktu itu seru banget deh! Security di sini semuanya kumpul. Kita bakar jagung terus dimakan rame-rame.” Namun, ia juga memiliki pengalaman sedih selama bekerja menjadi satpam. Kala itu, ia terpaksa membatalkan janji kencannya karena salah seorang rekannya sakit sehingga ia harus menggantikannya.

Layaknya seorang pegawai, ia terikat oleh jam kerja. Sebagai satpam dengan 7 hari kerja dalam 1 minggu, ia bekerja selama 12 jam dalam 1 hari. Jam kerjanya dimulai pukul 8 pagi dan berakhir pukul 8 malam. Hal ini cukup melelahkan baginya. Karena itu, ia pun harus pandai-pandai membagi waktu antara karir dan kekasihnya. ”Kalau boleh jujur, satu-satunya alasan saya masih bertahan bekerja di sini ya karena ada pacar saya,” ungkapnya malu-malu. Sebelum menjadi satpam, dulunya Firman merupakan seorang wartawan olahraga untuk sebuah koran harian di Cirebon. Sayangnya, profesi tersebut hanya dilakoninya selama tiga bulan dikarenakan kantor tempatnya bekerja pailit. Ia pun merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan baru. Jadilah ia seperti sekarang ini, menjadi seorang satpam sekadar untuk menyambung nyawa sekaligus menambah pengalaman kerjanya.

Firman berprinsip, hidup itu harus bahagia. Baginya, kebahagiaan bukan diukur dari kesenangan dan kemewahan. Bahagia dirasakannya ketika ia mensyukuri segala yang ia miliki, bukan menyesali apa yang belum dimilikinya. “Yah, saat saya merasa kurang beruntung, saya selalu berpikir kalau sebetulnya di tempat lain ada yang lebih kurang beruntung,” tuturnya. Walau demikian, ia berharap segera mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik dan sesuai dengan minatnya, yaitu di bidang jurnalistik. “Saya pingin banget jadi wartawan lagi. Sayang, belum ada kesempatan,” katanya seraya tersenyum.

1 komentar:

  1. ini tugas B.I wawancara bareng loenardi. :p
    baru kumpul tadi pagi, moga-moga sih hasilnya bagus. hehe. buat pak firman, makasih atas kesediaannya untuk diwawancarai, harap maklum kalo acak2an, komen aja di sini ya pak! :)

    BalasHapus

Feel free to drop your comment.. Thanks! :D

 

Celoteh si Devi Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates