Kamis, 12 April 2012
Perangkap Tikus (Renungan)
Seekor tikus mengintip dari balik celah tembok. Ia mengamati sang petani dan istrinya yang sedang membuka sebuah bungkusan.
"Wah, ada mainan baru!" pikirnya.
Tapi dia terkejut sekali saat benda di dalam bungkusan itu dikeluarkan. Ternyata, petani baru saja membeli perangkap tikus.
Tikus itu pun berlari ke ladang pertanian milik petani itu. Ia menjerit memberi peringatan kepada siapa saja yang ditemuinya sepanjang perjalanan.
“Awas ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati ada perangkap tikus di dalam rumah!” teriaknya berkali-kali.
Sang ayam yang kebetulan berpapasan dengannya, berkokok tenang sambil tetap
menggaruki tanah. Ayam itu mengangkat kepalanya dan berkata.
"Maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tidak ada masalah. Jadi jangan teriak-teriak teruslah, itu membuat aku sakit kepala!”
Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya,
“Ada perangkap tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di dalam rumah!”
"Wah aku menyesal dengan kabar ini.” Si kambing menghibur dengan penuh simpati. “Tetapi tidak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam doa-doaku!”
Tikus kemudian berbelok menuju si lembu sambil terus berteriak.
"Oh! Sebuah perangkap tikus? Jadi saya dalam bahaya besar ya?” kata lembu sambil tertawa terbahak hingga air liurnya menetes dari sudut mulutnya.
Tikus malang itu akhirnya kembali ke sarangnya dengan kepala tertunduk. Ia merasa begitu kesal dan sedih karena terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian. Ia merasa sungguh sendiri.
Malam pun tiba. Tiba-tiba, terdengar sebuah suara yang bergema di seluruh rumah. Seperti bunyi perangkap tikus yang berhasil menangkap mangsa. Istri petani terbangun dan berlari menuju perangkap yang dipasangnya tadi pagi untuk melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan, dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak adalah seekor ular berbisa. Ular itu menggigit tangan istri petani itu.
Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit. Rupanya bisa yang dimiliki ular tersebut cukup kuat. Beberapa hari kemudian, si istri yang masih demam dan petani kembali ke rumah. Istri petani itu nampak kurus. Dan sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga petani untuk memberikan semangkok sup ayam hangat sebagai obat pertama untuk setiap orang yang sakit demam. Petani itu pun mengasah pisau nya kemudian pergi ke
ladang, mencari ayam untuk bahan sup nya. Ayam itupun tak berkutik saat pisau sang petani mencabut nyawanya.
Namun, sang istri ternyata tak kunjung sembuh. Banyak tetangga dan keluarganya yang datang membesuk ke rumahnya. Petani pun harus menyiapkan makanan, dan terpaksa kambing di ladang itu dijadikan gulai.
Tetapi, sang istri tak kunjung sembuh. Kondisinya kian hari makin memburuk. Akhirnya, tibalah waktunya sang istri menghembuskan nafas terakhirnya. Istri petani itu meninggal. Datanglah sanak saudara dan teman-temannya untuk melayat. Petani pun harus menghidangkan jamuan bagi tamu-tamu yang hadir. Tak ada cara lain, lembu di ladang itupun dijadikan panganan untuk puluhan tamu yang hadir.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kawan, apabila kamu dengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan kamu pikir masalah itu tidak ada kaitannya dengan kamu, ingatlah bahwa apabila ada “perangkap tikus” di dalam rumah, seluruh “ladang pertanian” akan ikut menanggung resikonya. Sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan daripada kebaikanya...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Feel free to drop your comment.. Thanks! :D